
Apel Pagi SMPIT Al Binaa Bersama Ustadz Dr. Sulaeman, S.Pd., M.M., C.Hm., C.Mtr., C.HL.
Sabtu, 23 Agustus 2025 — Lapangan Al Jasadul Wahid di SMPIT Al Binaa kembali menjadi saksi kegiatan Apel Pagi yang penuh semangat dan nilai-nilai pendidikan. Apel kali ini dipimpin langsung oleh Ustadz Dr. Sulaeman, S.Pd., M.M., C.Mtr., C.PS., C.HL., yang menyampaikan amanat inspiratif dan menyentuh, menyatukan dua pesan penting: kepedulian terhadap kebersihan dan semangat dalam menuntut ilmu.
Kegiatan apel dipandu oleh para santri kelas VIII G, yang menunjukkan kedisiplinan dan tanggung jawab tinggi dalam pelaksanaan tugas.

Kebersihan: Cerminan Jiwa, Latihan Kepedulian
Setelah salam dan bershalawat, Ustadz Sulaeman membuka amanatnya dengan apresiasi kepada para petugas apel. Ia kemudian menyampaikan pesan mendalam tentang pentingnya menjaga kebersihan, yang menurut beliau, bukan sekadar tanggung jawab lingkungan, tetapi bagian dari pembentukan karakter santri sejati.
“Kalau melihat sampah, jangan pikir panjang. Ambil dan buang ke tempatnya. Jangan libatkan logika, tapi libatkan hati,” pesan beliau tegas namun penuh kasih.
Beliau menekankan bahwa kebersihan bukan hanya tanggung jawab ketika berada di pesantren, tetapi harus menjadi kebiasaan di mana pun berada — di sekolah, di kampus, di kantor, bahkan di tengah masyarakat. Kepedulian itu, kata beliau, tidak perlu menunggu pengawasan, tidak perlu menunggu orang lain.

Sebelum apel dimulai, beliau bahkan mencontohkan langsung dengan memungut sampah yang tampak di lapangan, sebagai bentuk teladan nyata.
“Saya percaya antum bisa melakukan itu! Sampah sekecil apapun, ambil! Kalau ransel berat saja bisa kalian angkat, maka sampah kecil tentu bisa!”
Pesan itu disambut dengan semangat oleh para santri:
“Bisa dimengerti?” — “Siap, bisa!”
“Bisa dipahami?” — “Siap, bisa!”
“Bisa dilaksanakan?” — “Siap, bisa!”

Privat Akbar: Menumbuhkan Semangat Belajar dan Kerendahan Hati
Selanjutnya, Ustadz Sulaeman menyampaikan pesan penting kedua yang tak kalah kuat: tentang program Privat Akbar — agenda pembelajaran tambahan yang telah melalui proses diskusi panjang untuk memastikan semua santri, tanpa terkecuali, bisa terfasilitasi dalam memperdalam ilmu.
“Privat Akbar bukan hanya untuk santri yang belum paham, tapi untuk semua. Siapa pun boleh hadir, siapa pun boleh bertanya. Para ustadz sudah siap, manfaatkan!”
Beliau menegaskan bahwa hadir dalam program ini adalah bentuk kesungguhan dalam menuntut ilmu, dan merupakan bagian dari membangun semangat belajar dan budaya tanya-jawab yang produktif. Tidak ada alasan untuk tidak hadir, karena kesempatan menimba ilmu harus dikejar, bukan ditunggu.
Beliau pun memastikan seluruh kelas memahami jadwal masing-masing:
“Kelas IX sudah tahu jadwalnya? Kelas VII dan VIII sudah tahu jadwal Privat Akbar?”
Dan seluruh santri menjawab dengan penuh kesiapan, “Siap, sudah!”

Korelasi Dua Pesan: Melatih Kesadaran, Membangun Karakter
Kedua pesan tersebut — tentang kebersihan dan Privat Akbar — tampak berbeda, namun sebenarnya sangat berkaitan erat dalam membentuk karakter santri yang utuh.
Keduanya melatih santri untuk:
Tindakan | Karakter yang Dilatih |
---|---|
Mengambil sampah tanpa disuruh | Kepedulian, tanggung jawab sosial, inisiatif |
Hadir aktif di Privat Akbar | Kesungguhan belajar, rendah hati, tanggung jawab akademik |
Dua kebiasaan ini, bila terus ditanam dan dikembangkan, akan membentuk santri yang:
✅ Peka terhadap lingkungan dan ilmu
✅ Mandiri dalam bertindak dan belajar
✅ Siap bergerak, siap berubah, dan siap berkembang

Menjadi Santri Rabbani: Peduli, Mandiri, dan Cinta Ilmu
Kegiatan Apel Pagi di SMPIT Al Binaa bukan sekadar rutinitas. Ia adalah bagian dari upaya membentuk karakter — menumbuhkan rasa tanggung jawab, kepedulian, kedisiplinan, serta semangat belajar yang tinggi.
Di Al Binaa, menjadi santri bukan hanya soal kuat hafalan atau tinggi nilai, tetapi tentang bagaimana nilai-nilai kecil dilatih setiap hari — dari memungut sampah kecil hingga hadir di forum ilmu tambahan — semua itu akan membentuk kepribadian yang kuat dan utuh.
“Jadi, ambil sampah yang terlihat — meski kecil.
Ikuti program belajar tambahan — meski sudah paham.
Karena dari hal-hal kecil itulah, karakter besar lahir.”
“Siap bisa?”
“SIAP BISA!”

Dari memungut sampah kecil hingga hadir di kelas tambahan yang tidak diwajibkan, santri dilatih bukan hanya untuk taat aturan, tapi untuk hidup dengan kesadaran dan nilai.
Inilah santri sejati:
Yang ringan tangannya untuk lingkungan.
Yang terbuka hatinya untuk ilmu.
Yang diam-diam membangun kebiasaan,
untuk diam-diam menjadi pribadi luar biasa. Aamiiin