Kegiatan rutin Sabtu pagi di SMPIT Al Binaa dimulai dengan Apel Pagi yang diikuti oleh dewan asatidz, staf, karyawan, dan seluruh santri. Apel berlangsung dari pukul 06.50 hingga 07.30 WIB, dipimpin oleh Ustadz Wahono, S.Pd., dengan petugas dari anggota MO (Mutawashithoh Organization).
Acara dimulai dengan nuansa yang hangat, di mana Ustadz Wahono menyapa santri dengan pertanyaan ringan, “Khaifa haluk? How are you?” dan dijawab dengan semangat, “Alhamdulillah bikhoir, I’m good, very well!”
Setelah sesi interaksi tersebut, Ustadz Wahono melanjutkan dengan menyampaikan nasihat secara bilingual, yaitu menggunakan bahasa Indonesia dan Inggris, agar pesan yang disampaikan lebih mudah dipahami oleh seluruh peserta apel. Salah satu hal penting yang beliau pesankan adalah tentang kiat sukses dalam menuntut ilmu.
Menurut beliau, sukses dalam menuntut ilmu dimulai dengan menyadari tujuan hidup sebagai seorang santri di SMPIT Al Binaa, yaitu untuk menuntut ilmu. Proses belajar yang dijalani bukan hanya sekedar rutinitas, melainkan juga sarana untuk mengangkat kebodohan dalam diri setiap individu, karena pada dasarnya manusia dilahirkan dalam keadaan tidak mengetahui banyak hal. Oleh karena itu, menuntut ilmu adalah sebuah kewajiban yang harus dilakukan dengan sungguh-sungguh.
Beliau juga menekankan bahwa menuntut ilmu bukan sekadar untuk meraih nilai ujian, tetapi lebih dari itu, belajar adalah ibadah. Setiap aktivitas yang kita lakukan dengan niat yang baik dapat menjadi ibadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Seperti yang tercantum dalam salah satu hadits Rasulullah SAW, “Sebaik-baik kalian adalah yang belajar dan mengajarkan (Al-Qur’an).” Dalam hal ini, baik yang belajar maupun yang mengajarkan ilmu, keduanya akan mendapatkan pahala yang besar di sisi Allah. Ini menunjukkan bahwa menuntut ilmu bukan hanya untuk kepentingan pribadi, melainkan juga untuk kemaslahatan umat.
Selain itu, Ustadz Wahono juga memberikan pengertian yang benar mengenai ujian. Beliau menjelaskan bahwa ujian bukanlah akhir dari proses pembelajaran, melainkan assessment atau evaluasi untuk mengukur sejauh mana pencapaian seorang santri dalam belajar. Ujian seharusnya dipahami sebagai bagian dari proses belajar, bukan sebagai tujuan utama dari belajar itu sendiri. Beliau juga menegaskan bahwa ujian adalah untuk belajar, bukan belajar hanya untuk ujian.
Enam Poin Penting dari Imam As-Syafi’i
Sebagai penutup, Ustadz Wahono membagikan enam nasihat bijak dari ulama besar, Imam As-Syafi’i, yang merupakan petunjuk penting dalam menuntut ilmu.
Imam As-Syafi’i mengatakan, “أخي لا تنال العلم إلا بستة سألابك أن تفصلها ببيانٍ,” yang artinya, “Wahai saudaraku, kalian tidak akan mendapat ilmu kecuali dengan enam hal.”
Keenam hal tersebut adalah:
- Al-Aql (Kecerdasan) – Pikiran yang cerdas sebagai dasar untuk menerima ilmu, seperti halnya batu yang bisa tergores oleh tetesan air, ilmu pun akan tertanam dalam pikiran seseorang asalkan ada usaha dan keinginan untuk belajar.
- Al-Ham (Semangat) – Keinginan yang kuat untuk belajar, tanpa semangat, segala usaha untuk menuntut ilmu akan terasa berat. Semangat adalah bahan bakar utama dalam proses belajar.
- Al-Jidd (Kesungguhan) – Ketekunan dan usaha yang serius dalam menuntut ilmu, belajar dengan sungguh-sungguh akan membawa hasil yang memuaskan. Ilmu tidak dapat diraih dengan setengah hati.
- Al-Bulugh (Harta yang Cukup) – Kemampuan untuk menyediakan sarana yang mendukung proses belajar, untuk bisa belajar dengan baik, seseorang membutuhkan sarana yang memadai, termasuk biaya pendidikan dan bahan bacaan.
- Al-Mu’allim (Bimbingan Guru) – Belajar dengan bimbingan seorang guru yang kompeten. Ilmu memang dapat diperoleh secara otodidak, seperti melalui internet, namun untuk mendapatkan pemahaman yang mendalam dan menyeluruh, diperlukan bimbingan dari seorang guru. Dengan demikian, pemahaman kita akan lebih terarah dan terhindar dari keserampangan atau pemahaman yang salah.
- Az-Zaman (Waktu yang Cukup) – Proses pembelajaran membutuhkan waktu dan kesabaran, belajar membutuhkan waktu. Sebagaimana Allah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, demikian juga menuntut ilmu adalah proses panjang yang membutuhkan kesabaran dan ketekunan.
Proses dan Kesabaran dalam Menuntut Ilmu
Dalam penjelasan tersebut, Ustadz Wahono menekankan pentingnya proses dalam menuntut ilmu. Beliau memberikan contoh bahwa Allah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, meskipun Allah Maha Kuasa untuk menciptakan semuanya dalam sekejap. Hal ini menjadi pelajaran bagi umat manusia bahwa segala sesuatu, termasuk ilmu, melalui proses yang memerlukan waktu dan kesabaran.
Begitu pula, untuk memperoleh pemahaman yang mendalam tentang suatu ilmu, seorang santri harus bersabar dan gigih. Penguasaan ilmu tidak bisa tercapai dalam waktu singkat; ia membutuhkan ketekunan dan kesabaran. Ilmu bukan hanya sekadar pengetahuan yang kita peroleh, tetapi juga pemahaman yang mendalam yang akan membawa kita pada kesuksesan dalam hidup.
Kesimpulan
Apel Pagi di SMPIT Al Binaa bukanlah sekadar kegiatan rutin, melainkan juga momen untuk mengingatkan para santri tentang pentingnya menuntut ilmu dengan niat yang tulus dan semangat. Nasihat yang disampaikan oleh Ustadz Wahono diharapkan membantu para santri memahami bahwa ilmu bukan hanya untuk meraih nilai, tetapi merupakan proses panjang yang penuh perjuangan, kesabaran, dan ketekunan.
Dengan mengutip enam poin dari Imam As-Syafi’i, Ustadz Wahono berharap para santri menyadari bahwa menuntut ilmu memerlukan persiapan yang matang, semangat yang tinggi, dan bimbingan dari orang yang lebih berpengalaman. Dengan begitu, mereka tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga memiliki karakter yang baik dan keimanan yang kuat. Aamiin.
Semoga kegiatan Apel Pagi ini terus memberikan semangat dan motivasi bagi seluruh santri SMPIT Al Binaa dalam menuntut ilmu dan meraih kesuksesan di dunia dan akhirat. Aamiin.