GALURA (Gerakan Literasi untuk Al Binaa) kembali hadir dengan semangat dan antusiasme tinggi dari para santri SMPIT Al Binaa. Kegiatan ini diadakan setiap hari Senin pukul 10.15 hingga 10.45 saat jam istirahat pertama. GALURA bertujuan membangun budaya literasi di kalangan santri SMPIT Al Binaa melalui bacaan buku-buku berkualitas serta memperoleh wawasan mendalam dengan menyimak penjabaran dari pemateri pada setiap sesinya. Acara ini berlangsung di Taman Baca Kampus A Pesantren Al Binaa.
Gelaran GALURA dipandu oleh Ust. Irfan Herdiawan, sebagai Kepala Perpustakaan Al Binaa sekaligus Koordinator kegiatan ini. Pada pertemuan pekan kedua ini, Ust. Irfan memulai sesi dengan sambutannya dan memperkenalkan pemateri gelaran untuk hari ini, yaitu Ustadz Indra Gunawan, S.Pd.
Ustadz Indra membahas buku berjudu “Banjir Darah”, yang ditulis oleh Anab Afifi dan Thowaf Zuharon, dengan tim pengedit; Yusuf Abdul Karim dan Zuhair Musthafa. Buku ini diterbitkan oleh Istanbul dan mengupas sejarah nasional Indonesia dengan fokus pada peristiwa-peristiwa penting yang membentuk bangsa.
Dalam sesi ini, Ustadz Indra memberikan tinjaiuan ringkas mengenai isi buku “Banjir Darah”. Buku ini menawarkan perspektif baru mengenai sejarah Indonesia yang sering kali tidak dibahas secara mendetail dalam kurikulum umum. “Banjir Darah” mengeksplorasi berbagai peristiwa bersejarah yang mengubah arah perjalanan bangsa Indonesia, termasuk konflik, perjuangan, dan tantangan yang dihadapi masyarakat pada masa-masa penting dalam sejarah bangsa ini.
Buku tersebut mengangkat fakta sejarah tentang kekejaman PKI dalam rentang waktu dari 1926 hingga 1968, serta mencakup wilayah dari ujung pulau Sumatera hingga pulau Bali. Di dalam buku tersebut juga menyajikan penggambaran detail situasi secara naratif pada masa kejadian, tidak hanya bersumber dari referensi teks tetapi juga disertai wawancara para saksi hidup, termasuk korban, kerabat, dan keluarga korban kekejaman PKI dari berbagai wilayah seperti Jakarta, Solo, Ngawi, Madiun, Magetan, Ponorogo, Kediri, Blitar, dan Surabaya.
Ustadz Indra juga menjelaskan sekelumit isi dari buku tersebut bahwa PKI pada tahun 1948 menargetkan kelompok yang disebut “tujuh setan desa,” termasuk kyai, guru ngaji, santri, kepala desa, pedagang, dan pamong praja. Buku ini penting untuk dibaca agar kalangan santri dan masyarakat memahami bahaya laten komunisme bagi NKRI dan generasi mendatang. Batu nisan tua dan monumen yang ada mengingatkan kita pada sejarah yang tak akan terhapuskan.
Ustadz Indra juga membagikan pengalaman berkesannya saat mengunjungi Monumen Pancasila Sakti di Jakarta Timur bersama para santri kelas X. Monumen tersebut menampilkan diorama yang menggambarkan kekejaman eksekusi oleh PKI terhadap tujuh jenderal pada peristiwa Gerakan 30 September 1965. Melalui diorama dan penjelasan di lokasi saat itu, santri dapat lebih memahami konteks dan dampak peristiwa tersebut. Ustadz Indra juga menegaskan pentingnya mengingat dan menjaga nilai-nilai sejarah dan menghormati jasa para pahlawan yang telah berjuang untuk kemerdekaan dan keutuhan negara.
Kesimpulan
GALURA bukan hanya sebuah acara membaca buku, melainkan juga sebuah kesempatan penting bagi santri untuk berinteraksi dan berdiskusi mengenai berbagai topik krusial dengan narasumber yang berpengalaman. Dengan mengikuti kegiatan ini, diharapkan santri SMPIT Al Binaa dapat memperluas keterampilan literasi mereka dan mendapatkan pengetahuan yang berharga dari buku-buku yang telah dipilih secara teliti.
Kegiatan GALURA pekan ini diakhiri dengan sesi tanya jawab, di mana santri berkesempatan untuk menggali lebih dalam tentang isi buku dan berdiskusi mengenai bagaimana pelajaran dari buku tersebut dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari mereka.
Dengan adanya GALURA, diharapkan minat baca dan pengetahuan sejarah di kalangan santri SMPIT Al Binaa semakin meningkat, serta menumbuhkan rasa cinta terhadap literasi dan sejarah bangsa. Semoga hal ini dapat melahirkan generasi peradaban yang lebih baik di masa depan. Aamiin.