Apel Pagi yang Penuh Makna di Lapangan Al Jasadul Wahid
Sabtu pagi, 10 Mei 2025, SMPIT AL BINAA mengadakan apel pagi rutin yang berlangsung dengan khidmat di Lapangan Al Jasadul Wahid. Kegiatan apel ini dihadiri oleh seluruh santri, para asatidzah, serta staf dan karyawan SMPIT AL BINAA. Petugas apel pagi kali ini adalah para santri dari kelas 7C yang menjalankan tugasnya dengan baik dan penuh tanggung jawab.

Informasi Penting: Tabligh Akbar dan Jadwal Ujian
Mengawali amanah apel pagi, Ustadz Maulana, S.Pd.I, memberikan apresiasi khusus kepada para petugas apel yang telah melaksanakan tugasnya dengan disiplin dan rapi. Beliau juga menyampaikan beberapa informasi penting terkait agenda kegiatan sekolah dalam waktu dekat.
Pertama, beliau menginformasikan bahwa pada Ahad pagi esok hari akan diselenggarakan Tabligh Akbar sebagai sarana menambah ilmu syar’i bagi para santri. Acara ini diharapkan dapat meningkatkan semangat para santri dalam menuntut ilmu agama serta memperkuat pemahaman keislaman mereka.
Kedua, Ustadz Maulana menyampaikan bahwa kakak-kakak kelas 9 akan menghadapi Ujian Akhir Jenjang (UAJ) yang akan berlangsung mulai tanggal 19 hingga 25 Mei 2025. Beliau mengajak seluruh santri dan civitas akademika untuk turut mendoakan kelancaran dan kesuksesan ujian tersebut. Sementara itu, pelaksanaan ujian semester untuk kelas 7 dan 8 akan dimulai pada awal bulan Juni mendatang.

Amanah Pembina Apel: Iman, Ilmu, dan Amal sebagai Pilar Pendidikan
Melalui amanah apel pagi hari ini, Ustadz Maulana menyampaikan amanah yang penuh hikmah, beliau menanamkan nilai-nilai kesantrian juga tanggung jawab kepada seluruh santri, beliau juga menegaskan pentingnya menanamkan dan memahami tiga nilai utama dalam proses belajar dan berkegiatan sehari-hari di Ma’had AL BINAA, yaitu Iman, Ilmu, dan Amal (Dakwah).
Dalam penjelasannya, beliau menyampaikan bahwa Iman merupakan pondasi utama dalam membentuk karakter seorang muslim. Tanpa iman yang kuat, ilmu yang diperoleh tidak akan memberikan manfaat semestinya. Ilmu, lanjut beliau, adalah cahaya yang akan membimbing manusia dalam menjalani kehidupan. Namun, ilmu harus dibarengi dengan Amal, yaitu penerapan nilai-nilai yang telah dipelajari dalam bentuk dakwah, baik secara lisan maupun melalui teladan perbuatan.
Ustadz Maulana mengajak seluruh santri untuk menjadikan ketiga nilai tersebut sebagai pedoman dalam menuntut ilmu juga dalam interaksi sehari-hari di lingkungan pesantren/ kampus maupun di luar pesantren. Dengan mengamalkan nilai-nilai tersebut, diharapkan para santri SMPIT AL BINAA dapat menjadi generasi yang unggul dalam keimanan, keilmuan yang luas, dan mampu memberikan manfaat bagi lingkungan masyarakat.

Iqra’: Membaca sebagai Langkah Awal Menuntut Ilmu
Dalam amanahnya, Ustadz Maulana juga mengangkat salah satu hadits Rasulullah ﷺ yang sangat relevan dengan kehidupan para pelajar: “Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap muslim.” Hadits ini menjadi pengingat bagi para santri untuk tidak berleha-leha dalam menuntut ilmu. Beliau menyoroti pentingnya membangun semangat belajar yang tinggi dan terus meningkat setiap harinya.
Menguatkan hal tersebut, beliau mengajak santri untuk kembali merenungi ayat pertama yang turun dalam Islam, yaitu “Iqra'” dari Surah Al-‘Alaq: اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ. Ayat ini mengandung perintah membaca sebagai langkah awal dari proses menuntut ilmu. Membaca, menurut beliau, adalah metode pembelajaran yang paling dasar namun sangat efektif. Karenanya, setiap proses belajar hendaknya diawali dengan membaca basmalah, sebagai bentuk adab kepada Allah dan permohonan keberkahan.

Tiga Tahap Pembentukan Pribadi Muslim yang Utuh
Ustadz Maulana kemudian mengaitkan proses belajar dengan tiga tahap utama dalam membentuk pribadi muslim yang utuh:
- Meningkatkan keimanan dan menuntut ilmu.
- Mengamalkan ilmu yang telah dipelajari dalam bentuk amal shalih dan menjauhi larangan.
- Berdakwah sesuai dengan kemampuan dan profesi masing-masing.
Setelah seseorang telah beriman kemudian ia memuntut ilmu lalu ia mengamalkan ilmu yang didapat dengan amal sholih maka selanjutnya ia dituntut mendakwahkan ilmunya, beliau menegaskan bahwa dakwah tidak terbatas pada mimbar dan ceramah. Dakwah bisa dilakukan melalui aktivitas sehari-hari. Sebagai contoh, seorang dokter yang menunjukkan sikap sabar dan memberi motivasi kepada pasien menyampaikan tentang keutamaan sabar dalam ujian—itu pun merupakan bentuk dakwah yang mulia. Begitu juga ketika seseorang mengajak temannya untuk shalat berjamaah saat mendengar kumandang adzan—itu pun termasuk dakwah.

Surat Al-‘Ashr: Fondasi Nilai Hidup Seorang Muslim
Ketiga prinsip ini beliau rangkum dalam kandungan Surat Al-‘Ashr yang berbunyi:
وَالْعَصْرِ إِنَّ الْإِنسَانَ لَفِي خُسْرٍ إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ
“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shalih serta saling menasihati dalam kebenaran dan saling menasihati dalam kesabaran.”

Pesan Penutup: Mimpi, Ikhtiar, dan Tawakal
Sebagai penutup, beliau menyampaikan pesan yang menginspirasi dan mengobarkan semangat:
“Bermimpilah setinggi-tingginya, bermimpilah seluas-luasnya, bermimpilah sebanyak-banyaknya. Namun iringilah mimpi itu dengan usaha, selimutilah dengan ikhtiar, dan akhiri dengan tawakal kepada Allah SWT.”
Dengan pesan tersebut, apel pagi ditutup dalam suasana penuh semangat dan kesadaran baru akan pentingnya menuntut ilmu, mengamalkannya, serta menyebarkan nilai-nilai Islam dalam kehidupan sehari-hari. Baik dalam peranannya sebagai santri maupun sebagai generasi penerus yang tidak hanya belajar untuk diri sendiri, tetapi juga siap memberi manfaat kepada umat. Aamiin